Banyumas (25/08/14) Aksi damai ini bukan karena kami nakal. Hanya ingin sampaikan kepada engkau bahwa kami ada. Keberadaan kami selalu kau abaikan. Permohonan untuk berdiskusi tak pernah engkau tanggapi. Seolah kami ada tapi tiada. Entah apa alasannya, sama sekali kami tak tahu.
Ketahui lah, kami pun anak-anak bangsa Indonesia. Kami pun memiliki hak atas kebebasan bersuara dan berpendapat. Bukankan engkau tahu bahwa itu di jamin oleh UUD 1945?
Kedatangan kami ke Jakarta tak berniat anarkis. Selama ini kami adalah anak-anak manis yang selalu taat aturan. Lihat lah keberhasilan program yang engkau canangkan. Banyak dana yang engkau kucurkan, kami jaga sepenuh jiwa raga.
Jika ada beberapa teman kami yang gelap mata, mari diskusikan aturan-aturan yang telah ada. Aturan itu menggiring kami ke sana.
Kami mencintai bangsa ini. Kami berjuang bersama rakyat menjaga aset-aset yang engkau hibahkan. Mengelola aset ini dimana daripadanya kami mendapatkan imbalan, membuat kami yakin bahwa masyarakat bisa. Masyarakat hanya butuh diberi kesempatan. Kesempatan untuk berinovasi.
Imbalan yang kami terima tidak membebani APBN. Tak membebani negara, tak menambah utang negara pula.
Tapi mengapa engkau campakkan kami? Kau turunkan surat cinta durjana guna mengebiri kami. Tak pantaskah kami diajak bicara?
Mari kita bercermin.
Untukmu… yang aku cintai.